Catur dan Investigasi Sosial A la Gondrong

Beberapa waktu lalu aku dan si Gondrong sedang bermain catur di temani secangkir kopi dan sebungkus rokok Gudang Garam Surya 16. Sambil menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokok terlintas dalam benakku tentang konsep permainan catur.

Sambil menyeruput kopi Aku banyak bertanya pada si Gondrong, karena menurutku dia handal dalam bermain catur dan sedikit banyaknya paham konsepsi permainan catur. Banyak penjelasan-penjelasan si Gondrong menggunakan analogi yang diluar ekspetasiku. Dari mulai konsepsi pion hingga raja, dan dia dapat menerapkan konsepsi catur dalam konteks Negara. Disini akan coba aku jelaskan bagaimana investigasi si Gondrong.

Pertama, Gondrong menganalogikan pion sebagai dirinya sendiri. Pion sebagai pertahanan pertama dalam permainan catur, tidak jarang pion di korbankan untuk menjaga pertahanan raja. Tidak jarang pula, ketika pion sudah sampai area lawan pion bisa menjelma menjadi apapun. Gondrong merasa sering di korbankan demi kepentingan sang penguasa seperti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak pro kepada rakyat kecil—termasuk Gondrong—agar terlelap dalam kesadaran magis, dan juga Gondrong bisa menjelma menjadi apapun layaknya pion dalam catur.

Kedua, analogi benteng sebagai Polisi. Dengan gerak vertikal dan horizontal yang bisa menjangkau area lawan, benteng bisa menjaga pertahanan sekaligus menyerang lawan yang menjadi oposisi si raja. Sama halnya dengan aparatur represif seperti polisi yang tugasnya menjaga penguasa, dengan kekuatan yang dimiliki polisi juga dapat menyerang siapapun yang menjadi oposisi sang penguasa.

Ketiga, analogi kuda sebagai militer. Dengan gerak L-nya kuda bisa lebih dinamis geraknya selain menteri, eits, L atau S? L untuk Liberalisme, S untuk Sosialisme? Menurut mayoritas orang di bumi ini menganggap kuda dalam catur itu jalannya L, tapi tidak sedikit orang juga yang menganggap bahwa kuda jalannya S. Tidak ada artikel atau buku sekalipun yang menjelaskan bahwa kuda jalannya L atau S, dan penjelasan terkait L atau S tersebut. Ya mau bagaimanapun itu tergantung sudut pandang orang yang memainkan. Balik lagi, karena geraknya tidak bisa di duga-duga. Tidak jarang kuda dalam permainan catur sering mematikan lawan dengan tidak terduga-duga, seperti militer di Indonesia yang pasca orde baru ini masih meluncurkan manuver-manuver politiknya di negara.

Keempat, analogi peluncur sebagai media. Jika ada Aparatur Represif ada pula Aparatur Ideologis. Jika Aparatur Represif dalam kerja-kerjanya menggunakan cara penekanan dengan bersentuhan langsung, Aparatur Ideologis lebih halus kerjanya walaupun sama saja tujuannya dengan dalih menjaga kestabilan negara Aparatur Ideologis ini dalam kerja-kerjanya menggunakan cara seperti mengalihkan isu dan sebagainya untuk menjaga masyarakat dengan kesadaran magisnya. Dengan geraknya yang diagonal peluncur dapat menjaga raja dan dapat mengecoh lawan. Seperti media saat ini yang ada di Indonesia, sering kali media membentengi penguasa dengan cara mengalihkan isu atau apapun untuk menjaga si tuan dan tidak jarang juga media hari ini adalah milik penguasa.

Kelima, analogi menteri sebagai pemerintah. Gerak yang sangat dinamis diantara bidak catur yang lain membuat menteri dalam permainan catur dianalogikan sebagai pemerintah. Layaknya menteri dalam permainan catur, pemerintah hari ini sangat luwes dalam menjalankan roda-roda pemerintahan. Seperti halnya pemerintahan Jokowi hari ini yang sangat luwes dalam menjalankan kerja-kerja penindasan. di Jogja contohnya, pembangunan New Yogykarta International Airpot—Bandara Kulon Progo—yang sangat jauh dari kebutuhan masyarakat setempat. Dengan adanya bandara otomatis lahan produktif masyarakat yang notabenenya adalah matapencahariannya tergusur, kemudian masyarakat makan apa jika digusur? Walaupun digantikan dengan uang atau dipindahkan sekalipun akankah mereka dapat bertahan hidup? Nggak bro! Dan sebenarnya masih banyak kasus gocekan pemerintah terhadap masyarakatnya. Ini adalah satu dari sekian banyak contoh kejahatan negara terhadap bangsanya.

Yang terakhir, analogi raja sebagai korporasi. Memang kita melihat dalam jalannya tidak leluasa, tetapi sebenarnya raja dalam permainan catur ini adalah otak dari semua strateginya. Bayangkan, semua bidak catur dari pion hingga menteri itu menjaga sang raja ini. salah satu contohnya sudah dijelaskan dalam analogi menteri diatas. Tapi akan sedikit aku tambahkan, Pihak Angkasa Pura II dibentengi oleh pemerintah untuk mengambil lahan produktif masyarakat dengan dalih pemerataan infrastruktur, Aparatur Represif—Polisi dan TNI—menjaga lokasi di kulon progo untuk melanggengkan kerja-kerja yang dilakukan dengan alasan kemanan, bahkan masyarakat sekitar ada yang menerima lahannya direbut paksa dengan berbagai alasan dari alasan intimidasi dari pihak Polisi dan TNI sampai alasan karena ini adalah tanah sultan jadi apapun kata sultan mereka menerima.

Investigasi Gondrong terkait kondisi negara hari ini menjelaskan bahwa Negara hari ini sedang tidak baik-baik saja. Aku sepakat dengan Gondrong,  dan bukan aku tidak pro dalam pembangunan tetapi hanya saja pembangunan pemerintah hari ini tidak tepat. Yang terpenting dari semua ini adalah bagaimana kita bersatu, berjuang, bersama untuk melawan kejahatan negara terhadap bangsa.

Referensi :                                       
Althusser, Louis. Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara. Yogyakarta: Indoprogress.

Freire, Paulo. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profilku

Gocekan A la Pemerintah Zaman Now